Cileungsinews.id | Air di Sungai Cileungsi Berubah Jadi Hitam, Komisi III DPRD Kabupaten Bogor minta Timsus turun tangan.
Sungai Cileungsi di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor sering tercemar limbah. Kondisi ini dikeluhkan oleh warga di sekitar aliran sungai ini.
Baca Juga:
Kronologi Seorang Remaja Hanyut Setelah Selamatkan Temannya di Sungai Cileungsi
Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) Puarman mengatakan, air Sungai Cileungsi berubah warna menjadi hitam, berbuih, mengeluarkan bau menyengat saat malam hari.
"Sungai Cileungsi berubah warna menjadi hitam akibat pembuangan limbah. Aliran sungai Cileungsi juga mengeluarkan aroma tidak sedap sehingga mengganggu warga sekitar," kata Puarman, Kamis (14/4/2022).
Terkait hal itu, Komisi III DPRD Kabupaten Bogor meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten agar serius dalam menangani pencemaran sungai Cileungsi.
Baca Juga:
Peringati Hari Ozon Sedunia, DLH Kabupaten Bogor Bersama PPLI Tanam 5.000 Bibit Pohon Buah di Bantaran Sungai Cileungsi, Klapanunggal
Ketua Komisi III, Tuty Alawiyah mengatakan, DLH harus melakukan audit berkala dan menugaskan tim khusus untuk mengawasi instalasi pembuangan air limbah (IPAL).
Kemudian mengambil tindakan terukur terhadap perusahaan yang masih membuang limbah ke sungai tersebut.
"Kami minta agar ada audit IPAL berkala dan menempatkan detektif lingkungan," kata Tuty.
Politis partai Gerindra tersebut menambahkan, pencemaran aliran sungai Cileungsi sudah lama dan berulang terjadi.
Kondisi ini, kata dia, sangat mengkhawatirkan dan berpotensi mengganggu kesehatan warga sekitar.
"Kami kesal dan sedih, karena lingkungan jadi rusak, warga sekitar jadi sakit, pusing dan muntah-muntah," ujarnya.
Tuty menilai, pencemaran bersumber dari puluhan pabrik yang membuang limbahnya ke aliran Sungai Cileungsi, karena instalasi pengolahan limbahnya (IPAL) tidak bekerja maksimal atau bahkan limbahnya langsung dibuang ke sungai.
"Ini yang jadi pangkal musabab pencemaran. Beberapa kali penyegelan dilakukan tetapi pencemaran berulang. Karena itu perlu pengawasan berkala yang ketat," tegasnya.
Pada 2018, lanjut Tuty, masalah pencemaran Sungai Cileungsi sudah dibawa ke tingkat nasional oleh Fadli Zon, anggota DPR RI dapil Kabupaten Bogor yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI.
Bahkan, Kementerian Lingkungan Hidup turun langsung serius oleh melakukan penyegelan enam pabrik yang ketahuan buang limbah ke sungai tersebut. Pencemaran pun berkurang.
"Namun ini selalu berulang kembali, seperti episode drama tidak berujung. Sepertinya tidak ada jeranya," keluhnya.
Sebagai bagian dari introspeksi dan langkah awal perbaikan, Tuty meminta kepada Pemkab Bogor untuk melakukan audit IPAL berkala (per tiga bulan misalnya) terhadap semua pabrik disepanjang aliran Sungai Cileungsi.
Bahkan perlu ditempatkan pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang jadi detektif Pemkab Bogor terkait pencemaran lingkungan Sungai Cileungsi.
"Secara berkala dilakukan pengawasan, pengecekan, dan patroli oleh detektif ini agar bila terjadi pencemaran bisa dideteksi dan dibereskan sejak dini. Kombinasi audit IPAL berkala dan detektif pencemaran akan jadi solusi jitu kurangi pencemaran di Sungai Cileungsi," cetusnya.
Tuty juga meminta dukungan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat dalam menangani masalah tersebut. Dukungan bisa dalam bentuk kebijakan, dukungan personil dan alat atau laboratorium, dan juga penindakan.
"Sungai Cileungsi ini kan juga melewati Kota Bekasi, jadi antar kabupaten-kota, bukan hanya masalah Kabupaten Bogor. Jadi harus dikerjakan secara keroyokan," pintanya.
Tuty meyakini, jika hal tersebut dilakukan akan membuahkan hasil yang maksimal.
Dia juga meminta pabrik-pabrik disepanjang aliran Sungai Cileungsi punya kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan yang diejawantahkan dengan IPAL yang memadai.
"Kami mengimbau sekali kepada para pemilik pabrik disepanjang aliran Sungai Cileungsi untuk semakin sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan. Yakinlah pencemaran yang terjadi tidak hanya merugikan masyarakat saja, pada waktunya mereka akan dirugikan juga," tandasnya. [jat]